FTC Menuntut Live Nation, Ticketmaster Atas Dugaan Praktik Penjualan Kembali Tiket

19

Komisi Perdagangan Federal (FTC) dan tujuh negara bagian telah mengajukan gugatan terhadap Live Nation dan anak perusahaannya, Ticketmaster, dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut terlibat dalam praktik ilegal terkait dengan penjualan kembali tiket. Gugatan tersebut mengklaim Live Nation dan Ticketmaster telah gagal mencegah penjualan kembali tiket dalam skala besar oleh bot dan calo, sehingga menciptakan lingkungan di mana harga dinaikkan secara artifisial dan akses konsumen dibatasi. Tindakan ini menggarisbawahi kekhawatiran yang semakin besar mengenai dominasi Live Nation dan Ticketmaster di pasar hiburan langsung dan dampaknya terhadap penggemar.

Kekhawatiran Atas Penjualan Kembali Tiket dan Penetapan Harga Dinamis

Selama bertahun-tahun, penggemar musik telah menyuarakan rasa frustrasinya terhadap meningkatnya harga tiket konser dan sulitnya mendapatkan tiket konser. Gugatan FTC menyoroti kompleksitas masalah ini, mengungkap sistem di mana calo individu, jaringan pengecer, dan bahkan peretas berkontribusi pada pasar bawah tanah. Selain calo individu, FTC menuduh Live Nation dan Ticketmaster, terkadang, secara diam-diam berkolaborasi dengan entitas ini untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan kembali tiket.

“Triple Dipping” dan Dugaan Maksimalisasi Keuntungan

Tuduhan utama dalam gugatan tersebut berkisar pada dugaan praktik “pencelupan tiga kali lipat” ke dalam belanja konsumen oleh Ticketmaster. FTC mengklaim perusahaan memungut biaya dari berbagai titik dalam proses penjualan tiket: pialang pasar primer, pialang pasar sekunder, dan pada akhirnya, penonton konser itu sendiri. Badan tersebut memperkirakan bahwa sistem ini telah mengakibatkan konsumen membayar sekitar $16 miliar biaya. Tindakan ini semakin diperumit dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan perusahaan terhadap Undang-Undang Penjualan Tiket Online Lebih Baik (BOTS) tahun 2016, yang bertujuan untuk mengekang penggunaan bot dalam pembelian tiket.

Praktik Internal dan Kontrol Broker

Klaim FTC didukung oleh komunikasi internal, termasuk email dari eksekutif senior Ticketmaster yang dibagikan kepada pimpinan Live Nation. Email ini dilaporkan mengakui bahwa perusahaan memiliki kebijakan “menutup mata” terhadap pelanggaran batas pembelian tiket yang dilakukan broker. Selain itu, tinjauan internal mengungkapkan bahwa hanya lima broker yang mengendalikan lebih dari 6.300 akun Ticketmaster dan memiliki lebih dari 246.000 tiket ke lebih dari 2.500 acara. Meskipun memiliki sistem—TradeDesk—yang dirancang untuk memantau dan menandai pembeli tiket dalam jumlah besar dan mengidentifikasi banyak akun, FTC menuduh perusahaan tersebut gagal menegakkan perlindungan ini secara efektif.

Periklanan Menyesatkan dan Transparansi Harga

Selain kekhawatiran mengenai praktik penjualan kembali, gugatan tersebut juga menuduh bahwa Ticketmaster terlibat dalam iklan yang menipu dengan mengiklankan biaya tiket secara palsu. Perusahaan tersebut dituduh mencantumkan harga yang lebih rendah dari total akhir setelah biaya dan markup, sehingga berpotensi menyesatkan konsumen tentang harga tiket sebenarnya. Kurangnya transparansi harga menambah lapisan frustrasi bagi para penggemar yang sudah berjuang dengan kenaikan biaya.

Pengawasan Peraturan yang Lebih Luas dan Respon Industri

Live Nation dan Ticketmaster menghadapi peningkatan pengawasan dalam beberapa bulan terakhir, dengan investigasi anti-monopoli yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman AS pada tahun 2024. Selebritas seperti Taylor Swift secara terbuka mengkritik praktik perusahaan tersebut, dan kelompok advokasi konsumen terus menyerukan regulasi yang lebih besar terhadap pasar tiket hiburan langsung. Beberapa negara bagian, termasuk Minnesota, telah mengambil langkah-langkah untuk mengatur penjualan tiket online dan melarang penggunaan bot—menunjukkan tren yang lebih luas terhadap perlindungan konsumen di industri tiket.

Gugatan FTC mencerminkan upaya serius untuk mengatasi masalah sistemik dalam pasar tiket hiburan langsung, dan menantang kekuatan pasar Live Nation dan Ticketmaster.

Gugatan terhadap Live Nation dan Ticketmaster menandakan momen penting dalam perdebatan yang sedang berlangsung seputar harga tiket, transparansi, dan akses konsumen—yang berpotensi mengarah pada perubahan berarti dalam cara tiket dan penjualan acara hiburan langsung.