Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Gereja Katolik memiliki seorang Paus Amerika, yang berasal dari Chicago. Paus Leo XIV mendobrak tradisi dengan berbicara terus terang mengenai isu-isu Amerika, mulai dari imigrasi hingga kecerdasan buatan, dengan cara yang berbeda dari pendahulunya. Tingkat keterlibatan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menyebabkan gejolak dalam politik Vatikan dan AS.
Зміст
Suara Baru dalam Kepausan
Yang membedakan Leo XIV adalah kemampuannya berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang sederhana, tanpa filter terjemahan. Berbeda dengan Paus Fransiskus, yang kata-katanya sering sampai ke khalayak Amerika melalui penerjemah, Leo berbicara secara langsung, memotong lapisan diplomasi yang biasa. Kedekatan ini, ditambah dengan kesediaannya untuk mempertimbangkan permasalahan dalam negeri, telah memicu perdebatan di kalangan umat Katolik konservatif, beberapa di antaranya merasa Vatikan sedang menuju ke arah “keterjagaan,” sebagaimana pemodal ventura Peter Thiel baru-baru ini memperingatkan Wakil Presiden JD Vance agar tidak terlalu setia kepada “paus Amerika yang sadar.”
Ajaran Sosial Katolik: Landasan Pendirian Leo
Inti dari posisi Leo XIV adalah ajaran sosial Katolik, sebuah kerangka prinsip yang berakar pada tradisi alkitabiah, hukum alam, dan tulisan kepausan. Prinsip-prinsip ini mencakup martabat yang melekat pada kehidupan manusia, pentingnya keluarga dan komunitas, serta mengutamakan kebutuhan masyarakat miskin dan rentan.
Ajaran Gereja menekankan bahwa perekonomian harus melayani masyarakat, bukan sebaliknya, dan bahwa semua pekerja berhak mendapatkan martabat dan perlakuan yang adil. Solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan juga merupakan tema sentral.
Landasan ini menjelaskan mengapa Paus Leo sangat vokal dalam isu-isu seperti imigrasi dan AI, dan membingkainya bukan sebagai pertarungan politik tetapi sebagai keharusan moral.
Imigrasi: Sikap Jelas
Sikap tegas Paus Leo terhadap imigrasi, yang terangkum dalam pernyataannya bahwa mengkritik perlakuan tidak manusiawi terhadap migran sambil mengaku pro-kehidupan adalah tindakan yang tidak konsisten, telah menuai reaksi tajam. Gereja secara konsisten mengadvokasi kebijakan imigrasi yang manusiawi, bermula dari karya Paus Pius XII selama krisis pengungsi pada Perang Dunia II.
Perbedaan yang dibuat Leo adalah bahwa retorika “migran kriminal” tidak manusiawi terhadap orang-orang yang mungkin telah memperpanjang masa berlaku visanya tetapi tidak layak untuk dikriminalisasi. Kritik ini merupakan tantangan langsung terhadap bahasa kasar yang digunakan oleh beberapa faksi politik, namun Paus menghindari menyebutkan nama, mungkin untuk menghindari konfrontasi langsung dengan para pemimpin politik.
Pertanyaan AI: Kemanusiaan di Era Digital
Fokus Paus Leo pada kecerdasan buatan juga sama mencoloknya. Ia membingkainya sebagai sebuah “revolusi informasi dan teknologi” baru yang mirip dengan Revolusi Industri yang ditanggapi oleh Leo XIII pada tahun 1891 dengan ensiklik Rerum Novarum.
Kekhawatirannya bukanlah perlawanan langsung terhadap AI, melainkan kajian tentang bagaimana AI mendefinisikan kembali makna menjadi manusia. Dia bertanya-tanya bagaimana teknologi mengubah persepsi diri kita dan apakah teknologi menghormati martabat pekerja, khususnya mereka yang berada di posisi “bawah garis” di Hollywood dan industri lainnya.
Kalibrasi Ulang bagi Umat Katolik Konservatif
Terpilihnya Leo XIV telah memaksa faksi-faksi Katolik konservatif untuk menilai kembali posisi mereka. Mereka mengharapkan seorang Paus yang akan membalikkan haluan Fransiskus, namun kini mereka menghadapi seorang Paus asal Amerika yang tidak bisa diabaikan karena tidak tahu apa-apa tentang budaya AS. Beberapa uskup konservatif sedang melakukan kalibrasi ulang, sementara yang lain mungkin terus menolak, dan mendapati diri mereka berada dalam posisi yang menantang dengan seorang paus yang mewakili kesinambungan dengan Paus Fransiskus daripada perubahan radikal.
Era Baru Kepausan
Gaya langsung dan kesediaan Paus Leo XIV untuk terlibat dengan isu-isu kontemporer menandai babak baru bagi kepausan. Suaranya mendobrak hal-hal yang belum pernah dilakukan oleh Paus sebelumnya, memaksa Gereja dan masyarakat Amerika untuk menghadapi kebenaran yang tidak menyenangkan tentang imigrasi, teknologi, dan definisi martabat manusia. Masa depan Vatikan di bawah kepemimpinan Leo XIV kemungkinan besar akan penuh dengan keterlibatan yang berani, tidak hanya menantang ideologi politik tetapi juga fondasi masyarakat modern.
